SKRIPSI
Kelimpahan Kepiting Bakau [ Seylla Sp] PadaEkosestem Mangrove di Kawasan Wisata Karondaya Desa Sausu Tambu Parigi Moutong.
RINGKASAN
Grace Fania Fernanda – L 131 21 058. Kelimpahan Kepiting Bakau (Scylla
sp.) Pada Ekosistem Mangrove di Kawasan Wisata Karosondaya Desa Sausu
Tambu Parigi Moutong Di Bimbing oleh Rukmi dan Moh Ihsan.
Kawasan wisata Karosondaya di Desa Sausu Tambu Kecamatan Sausu,
Kabupaten Parigi Mautong Ekosistem mangrovenya memiliki luas lebih dari 125
ha, terbagi menjadi kawasan yang dilindungi KTH sebesar 50 ha, kawasan
rehabilitasi sebesar 5 ha, dan kawasan produktif sebesar 70 ha. Penelitian mengenai
kelimpahan kepiting bakau sangat diperlukan guna mengetahui tingkat populasi
spesies tersebut di habitat mangrove. Data ini dapat menjadi acuan dalam
pengelolaan yang didasarkan pada informasi lokal, sehingga dapat mengoptimalkan
potensi ekologis maupun ekonomi di wilayah tersebut.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode transek kuadran yang
dimana metode tersebut menggunakan pengukuran kualitatif dengan menarik garis
transek dari arah laut ke daratan. Penelitian dilakukan di tiga transek yang masing
masing transek memiliki panjang 50 meter dan setiap transek memiliki lima plot
dengan sub-plot 2m x 2m, 5m x 5m dan 10m x 10m untuk melakukan pengambilan
data pada kerapatan mangrove dan peletakkan perangkap kepiting (bubu lipat)
yang dilakukan pada setiap plot ukuran 10m x 10m.
Kelimpahan jenis Scylla olivacea yaitu 620 Ind/ha, sedangkan jenis Scylla
serrata menunjukkan nilai kelimpahan 400 Ind/ha. Dari segi tingkatan mangrove,
Kerapatan mangrove pada fase semai relatif tinggi 25000 Ind/ha pada transek I,
17.500 ind/ha pada transek II, dan 20.000 ind/ha pada transek III. Pada tingkat
pancang masing-masing tercatat transek I dan II sebesar 25.200 ind/ha, 23.600
ind/ha, dan terenda pada transek III 0,0025 ind/ha. Pada tingkat pohon relatif stabil
dengan transek I 10.000 ind/ha, transek II 4.800 ind/ha dan transek III 4.700 ind/ha.
Korelasi antara kepiting Scylla olivacea dengan vegetasi mangrove menunjukkan
hubungan negatif terhadap kepadatan semai dan pohon, yang mengindikasikan
bahwa spesies ini cenderung ditemukan di area dengan vegetasi mangrove yang
tidak terlalu rapat. Sebaliknya, Scylla serrata menunjukkan preferensi terhadap area
mangrove dengan kepadatan semai dan pohon yang relatif tinggi, menandakan
kecenderungan habitat pada kawasan mangrove yang lebih tertutup atau dewasa.
Tidak tersedia versi lain