SKRIPSI
Analisis Laju Infiltrasi Mengunakan Teknologi Lubang Resapan Biopori [ LRB] Lahan Di DAS Poboya.
RINGKASAN
REZHA AGUSTIAN – L13121202. Analisis Laju Infiltrasi Menggunakan
Teknologi Lubang Resapan Bipori (LRB) Pada Beberapa Penggunaan Lahan
Di Das Poboya Di Bimbing oleh Naharuddin dan Rizky Purnama
Salah satu upaya krusial dalam menjaga ketersediaan air adalah melalui
konservasi dengan membangun lubang resapan biopori (LRB). Proses ini
melibatkan upaya untuk meningkatkan kapasitas tanah dalam menyerap air hujan.
LRB tidak hanya berfungsi sebagai media resapan air, namun juga berperan penting
dalam mencegah terjadinya kelangkaan air, terutama di musim kemarau. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sifat fisik tanah serta menganalisis
perbandingan laju infiltrasi pada beberapa tutupan lahan yaitu hutan sekunder,
semak belukar, dan lahan pertanian di DAS Poboya.
Metode penelitian ini meliputi pengukuran laju infiltrasi menggunakan
teknik LRB dan ring infiltrometer, serta membandingkan laju infiltrasi pada
masing-masing tipe tutupan lahan. Data diambil selama tiga bulan pada setiap jenis
penggunaan lahan, dan parameter yang dianalisis mencakup laju infiltrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik tanah pada hutan sekunder
dengan c-organik 0,55%, bulk density 0,91 g/cm³, partikel density 2,27 g/cm³,
porositas 59,84%, dan kadar air 14,70% dengan klas tekstur pasir. Lahan pertanian
dengan c-organik tertinggi 1,29%, bulk density 1,23 g/cm³, partikel density 2,31
g/cm³, porositas 46,55%, dan kadar air 27,52% dengan kelas tekstur lempung. Serta
semak belukar dengan c-organik 1,13%, bulk density 1,22 g/cm³, partikel density
2,51 g/cm³, porositas 51,55%, dan kadar air 27,00% dengan kelas tekstur pasir
berlempung. Laju infiltrasi tertinggi dengan kriterian sangat cepat terdapat pada
lahan pertanian (21,97 cm/jam), diikuti oleh semak belukar (16,15 cm/jam) dengan
kategori cepat, kemudian yang paling rendah yaitu hutan sekunder (14,87 cm/jam)
dengan kategori cepat.
Perbedaan sifat fisik tanah dipengaruhi oleh tekstur di tiga area: hutan
sekunder (pasir) dengan c-organik 0,55%, bulk density 0,91 g/cm³, partikel density
2,27 g/cm³, porositas 59,84%, dan kadar air 14,70%. Lahan pertanian (lempung)
dengan c-organik tertinggi 1,29%, bulk density 1,23 g/cm³, partikel density 2,31
g/cm³, porositas 46,55%, dan kadar air 27,52%. Serta semak belukar (pasir
berlempung) dengan c-organik 1,13%, bulk density 1,22 g/cm³, partikel density
2,51 g/cm³, porositas 51,55%, dan kadar air 27,00%. Perbedaan laju infiltrasi air di
ketiga area menunjukkan perbandingan dari jenis klasifikasinya. Pada lahan
pertanian tercepat (21,97 cm/jam), diikuti semak belukar (16,15 cm/jam), dan hutan
sekunder terendah (14,87 cm/jam). Faktor-faktor seperti jenis tanah, struktur,
tekstur, dan komposisi mineral mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyerap
dan menahan air.
Tidak tersedia versi lain