SKRIPSI
Analisis Sebaran Hutan Mangrove di Kawasan Hutan Lindung Kecamatan Ogodeide Kabupaten Toli- Toli.
RINGKASAN
MOHAMMAD SURYA ADITAMA– L 131 17 264, Analisis Sebaran Hutan
Mangrove di Kawasan Hutan Lindung Kecamatan Ogodeide Kabupaten
Tolitoli.
Hutan Mangrove merupakan salah satu komunitas tumbuhan yang hidup di
kawasan pinggiran pantai yang memiliki peran penting bagi ekosistem kehidupan
pesisir (Mondal et al., 2021). Mengacu pada kawasan mangrove yang ada di
Indonesia, salah satunya terdapat di Kabupaten Tolitoli. Menurut Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Tolitoli, luas areal mangrove yang berada di perairan
Kabupaten Tolitoli kurang lebih 707 Ha. Terdapat setidaknya 27 jenis mangrove
yang ada di kawasan hutan dari 16 jenis mangrove sejati dan 11 jenis mangrove
ikutan. Tujuan dari peneliti ini untuk mengetahui sebaran Hutan Mangrove di
Kawasan Hutan Lindung Kecamatan Ogodeide Kabupaten Tolitoli.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret
tahun 2022 di Kecamatan Ogodeide, Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penginderaan jauh (remote sensing).
Adapun sumber data yang digunakan adalah pengamatan di lapangan pengambilan
titik koordinat dan data berupa citra landsat 8 tahun 2024, peta RBI (Rupa Bumi
Indonesia) 1:50.000 tahun 2023, dan prosedur penelitian.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan hasil interpretasi penginderaan
jauh dengan Citra landsat 8 di Kecamatan Ogodeide, Kabupaten Tolitoli
ditampilkan pada Gambar 3. Analisis NDVI memunculkan secara spesifik spektral
vegetasi dan membedakan atau mengelompokkannya sesuai dengan ketajaman
spektral yang ditangkap oleh satelit.
Hasil analisis NDVI memunculkan rentang nilai yang menunjukkan bahwa
kategori vegetasi Hutan Mangrove di Kecamatan Ogodeide, Kabupaten Tolitoli,
yang termasuk dalam kawasan Hutan Lindung memiliki sebaran yang tidak merata.
Faktor-faktor seperti kondisi geografis, kualitas tanah, tekanan aktivitas manusia,
dan perubahan penggunaan lahan berkontribusi pada pola sebaran tersebut. Wilayah
dengan akses yang sulit dan minim intervensi manusia cenderung memiliki
mangrove yang lebih padat dan sehat. Sebaliknya, di area yang lebih dekat dengan
pemukiman dan aktivitas ekonomi, ditemukan degradasi hutan mangrove akibat
penebangan, konversi lahan, dan pencemaran lingkungan
Tidak tersedia versi lain