SKRIPSI
Pengaruh pupik organik cair terhadap Pertumbuhan Semai Eboni [Diospyros celebica Bakh ]
iii
RINGKASAN
DARMAWATI L 131 15 123. Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Semai Eboni (Diospyros celebica Bakh) Di Polybag. Dibimbing Oleh Retno Wulandari . Kayu eboni adalah salah satu jenis kayu kelas kuat satu, mewah, indah, dan bernilai ekonomi tinggi yang dilindungi perundang-undangan indonesia dan merupakan salah satu jenis yang mempunyai pertumbuhan lambat (slow growing spesies), yang menjadi salah satu faktor pemicu jenis tersebut rawan kepunahan. Dalam upaya mencegah penurunan populasinya, telah pula dilakukan pelestarian eboni secara ex situ (di luar habitat aslinya) dan in situ (di dalam habitat aslinya). Salah satu alternatif teknik pembudidayaan yang dapat ditempuh yaitu dengan cara pemberian pupuk organik cair untuk memacu pertumbuhan semai eboni. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan semai eboni (Diospyros celebica Bakh) di polybag. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Juli sampai Oktober 2020, yang bertempat di Persemaian Permanen BPDS-HL Palu-Poso, Universitas Tadulako, Palu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari tiga kelompok, lima perlakuan yaitu P0 = kontrol, P1= 1% POC NASA, P2 = 2% POC NASA, P3 = 3% POC NASA, P4 = 4% POC NASA. Sehingga terdapat 15 unit percobaan satu unit percobaan terdiri dari lima semai. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan jumlah daun, pertambahan diameter batang, dan kekokohan semai. Data penelitian dianalisis dengan metode penelitian yang digunakan, jika perlakuan berpengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pupuk organik cair NASA berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi semai dengan tinggi rata-rata, tertinggi P4 (5,4cm); menyusul P3 (4,3cm); P2 (3,6cm); P1 (2,7cm); dan yang terendah P0 (1,8cm), pertambahan jumlah daun rata-rata, terbanyak P4 (8,0 helai); P3 (5,7 helai); P2 (4,3 helai); P1 (4,0 helai); dan yang terendah P0 (3,3 helai), pertambahan diameter rata-rata, tertinggi P4 (1,4 mm); menyusul P3 (1,2 mm); P2 (1,1 mm); P1 (1,0 mm); dan yang terendah P0 (0,9 mm), dan kekokohan semai dengan nilai rata-rata yaitu P0 sebesar 12,1; disusul P2 sebesar 11,4; P1 sebesar 11,2; kemudian P3 sebesar 11,0 dan P4 sebesar 10,6.
Tidak tersedia versi lain