SKRIPSI
ANALISIS LAJU INFILTRASI PADA PENGGUNAAN LAHAN HUTAN SEKUNDER DAN AGROFORESTRI DI SUB DAS KAJU OMBO KECAMATAN POSO KOTA SELATAN
RINGKASAN
Nirwana-L 131 21 074, Analisis Laju Infiltrasi Pada Penggunaan Lahan Hutan
Sekunder dan Agroforestri di Sub DAS Kaju Ombo Kecamatan Poso Kota Selatan.
Dibimbing Oleh Naharunddin dan Arief Sudhartono
Infiltrasi merupakan proses masuknya air ke dalam tanah melalui pori
pori tanah yang dipengaruhi oleh tekstur tanah, kemiringan lereng, tata guna lahan
dan lainlain. Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang terbagi atas
musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan di Indonesia banyak membawa
dampak, baik positif maupun negatif. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
laju infiltrasi pada lahan hutan sekunder dan lahan agroforestri, serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi laju infiltrasi tanah di DAS
Kaju Ombo, Kecamatan Poso Kota Selatan, Kabupaten Poso
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk menentukan laju infilrtasi
dilahan hutan sekunder dan agroforestri dan untuk menentukan faktor-faktor apa
saja yang memepengaruhi laju infiltrasi tanah di Sub DAS Kaju Ombo Kecamatan
Poso Kota Selatan Kabupaten Poso.
Penelitian dilaksanakan di DAS Kaju Ombo Kecamatan Poso Kota Selatan
Kabupaten Poso dengan mengambil sampel tanah pada lahan hutan sekunder dan
lahan agroforestri. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan menggunakan double ring
infiltrometer dengan mengamati penurunan muka air pada interval waktu tertentu
hingga mencapai laju infiltrasi konstan. Selain itu, parameter pendukung seperti
kandungan bahan organik tanah, kepadatan massa tanah (bulk density), dan
tekstur tanah dianalisis untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi
laju infiltrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju infiltrasi pada lahan hutan
sekunder secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan lahan agroforestri.
Perbedaan ini diduga kuat berkaitan dengan struktur tanah yang lebih remah,
kandungan bahan organik yang lebih tinggi, dan kepadatan massa tanah yang
lebih rendah pada hutan sekunder akibat minimnya gangguan antropogenik dan
adanya serasah organik yang melimpah. Sebaliknya, lahan agroforestri, meskipun
memiliki tutupan vegetasi, seringkali mengalami gangguan pengolahan tanah dan
pemadatan yang dapat menurunkan kapasitas infiltrasi. Pengukuran laju infiltrasi
menunjukkan bahwa lahan hutan sekunder memiliki rata-rata laju infiltrasi
tertinggi sebesar 85,02 cm/jam dengan kriteria "cepat". Sementara itu, lahan
agroforestri menunjukkan rata-rata laju infiltrasi sebesar 40,56 cm/jam dengan
kriteria "sedang". Perbedaan laju infiltrasi ini dipengaruhi oleh karakteristik tanah,
terutama kadar C-Organik, porositas, bulk density, dan tekstur tanah. Kadar C
Organik yang lebih tinggi pada lahan agroforestri, meskipun berkorelasi positif
dengan kualitas tanah, tidak serta merta menghasilkan laju infiltrasi yang lebih
cepat dibandingkan lahan hutan sekunder dalam konteks penelitian ini, yang
mungkin dipengaruhi oleh faktor lain seperti konduktivitas hidrolik jenuh dan
struktur tanah keseluruhan.
iv
Tidak tersedia versi lain