SKRIPSI
karakteristik Habitat Kura- Kura daun [ Leucocephalon yuwonoi] di DEsa Kapopo Ngatabaru Kecamatan Sigi Biromaru Kab Sigi.
RINGKASAN
Yustika – L 131 18 246, Karakteristik Habitat Kura-Kura Daun
(Leucocephalon yuwonoi) di Desa Kapopo Ngatabaru Kecamatan Sigi
Biromaru Kabupaten Sigi
Keberadaan hutan di Indonesia ini memberikan manfaat bagi kehidupan
makhluk hidup karena sebagai menjadi satu kesatuan ekosistem, hutan juga dapat
menjadi rumah bagi spesies tumbuhan maupun spesies hewan. Fauna Sulawesi
adalah paling istimewa di Indonesia dengan tingkat endemisitas tinggi pada
kelompok mamalia darat, ambifia dan reptilian. Salah satunya di Sulawesi
diketahui terdapat tiga jenis kura kura air tawar, yaitu kayu Batok (Coura
amboinensis) dan dua jenis endemik Baning Sulawesi (Indotestudo forstenii) dan
kura-kura hutan Sulawesi (Leucocephalon yuwonoi). Tujuan dari penelitian ini
yakni untuk mengidentifikasi karakteristik habitat kura-kura daun (Leucocephalon
yuwonoi) yang berada di Desa Kapopo Ngatabaru Kecamatan Sigi Biromaru
Kabupaten Sigi.
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Juli sampai bulan
Oktober 2022. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan, wawancara dan dokumentasi di lokasi penelitian. Adapun metode
pengamatan penelitian ini yakni penempatan petak contoh dengan menggunakan
transek lapangan pada sungai serta pengambilan data dengan menggunakan petak
berganda dengan plot sebanyak 30 plot.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa karakteristik habitat kura-kura daun dibedakan atas abiotik dan biotik yang
mana abiotik berdasarkan suhu, kelembaban, ketinggian dan kelerengan dengan
diperoleh hasil suhu udara berkisar dari 220C – 300C dan kelembaban udaranya
berkisar dari 80% –84% kemudian ketinggian antara 400 mdpl sampai dengan
1039 mdpl dengan kelerengan sekitar 8% - 40%. Adapun komponen biotik
berdasarkan tipe habitat dan struktur vegetasi. Tipe habitat seperti hutan sekunder,
kebun dan semak yang mana hasil tersebut diperoleh dari wawancara masyarakat
desa mengenai tempat yang biasa dijumpai kura-kura daun kemudian ada tingkat
pertumbuhan vegetasi yang meliputi tingkat pohon, tiang, pancang serta semai
dan tumbuhan bawah dimana hasil yang diperoleh INP tertinggi ditingkat pohon
yakni kemiri (Aleurites moluccana) dengan 139,81%, ditingkat tiang masih
kemiri dengan 125,50%, kemudian ditingkat pancang yakni kakao (Theobrama
cacao) dengan INP 45,45% dan pada tingkat semai serta tumbuhan bawah ada
sirsak (Annonna muricata (L.)) dengan INP 138,73%.
Tidak tersedia versi lain